Macam
Kebudayaan di Indonesia
Indonesia
mempunyai banyak sekali kebudayaan, beranekaragam suku yang terpencar di negara
kita ini mempunyai kebudayaan yang berbeda satu sama lain yang terwujud
diantaranya seperti berikut :
Rumah
adat :
Rumah
Gadang (Sumatera Barat), Rumah Limas (Sumatera Selatan), Joglo (Jawa), dll.
Tarian
:
Kuda
Lumping (Jawa), Kecak (Bali), Saman (Aceh), Yapong (Betawi), Tortor (Batak),
dll.
Lagu
:
Kicir-kicir
(Jakarta), Apuse (Papua), Butet (Sumatera Utara), Es Lilin (Jawa Barat), dll.
Alat
Musik :
Gamelan
(Jawa), Tanjidor (Betawi), Tarling (Jawa Barat), dll.
Pakaian
:
Batik
(Jawa), Ulos (Sumatera Utara), Songket (Sumatera Selatan), Tenun Ikat (NTT),
dll.
Ø KEBUDAYAAN BALI
1. Tari Kecak
Cak..cak…cak…cak…
itu adalah sepenggal nyanyian para penari Kecak. Sebuah tarian yg sangat
menarik dengan ratusan orang penari dan menyanyikan lagu2 bernada unik dan
teratur.
Tari
Kecak yang sering disebut “The Monkey Dance” bagi kalangan wisatawan merupakan
tari dalam bentuk drama relative baru tetapi telah menjadi pertunjukkan yang
sangat populer/terkenal dan telah menjadi pertunjukkan yang mesti ditonton baik
bagi wisatawan domestik maupun luar negeri.
Adegan-adegan
tari kecak telah dipromosikan di beberapa poscard, buku petunjuk pariwisata dan
lain-lainnya.
Nama
Kecak adalah adalah sebuah nama yang secara langsung diambil setelah suara
“cak, cak” yang di ucapkan secara terus menerus sepanjang pertunjukan. Ada
beberapa yang menerangkan bahwa kata atau suara “cak” sebenarnya mempunyai arti
yang sangat penting dan significant di dalam pertunjukan.
Perkembangan Tari Kecak
Di
Bali Tari kecak di Bali mengalami terus mengalami perubahan dan perkembangan
sejak tahun 1970-an. Perkembangan yang bisa dilihat adalah dari segi cerita dan
pementasan. Dari segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu
bagian dari Ramayana tapi juga bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana
Kemudian dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh Bali terdapat puluhan group kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar. Kegiatan kegiatan seperti festival tari Kecak juga sering dilaksanakan di Bali baik oleh pemerintah atau pun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam tari kecak tercatat pada tahun 1979 dimana melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan kecak dengan mengambil cerita dari Mahabarata. Namun rekor ini dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan kecak kolosal dengan 5000 penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali.
Asal tari kecak
Tari
Kecak (Kecak Dance) merupakan kreasi seorang penari kenamaan Bali, I Wayan
Limbak, dan seorang pelukis berkebangsaan Jerman, Walter Spies, pada tahun
1930-an. Pada awalnya, dua seniman ini terpesona oleh tari-tarian dalam ritual
Sanghyang yang para penarinya menari dalam kondisi kemasukan roh (kesurupan).
Ritual Sanghyang sendiri merupakan ritual masyarakat Bali yang bersumber dari
tradisi pra-Hindu dengan tujuan untuk menolak bala. Ritual ini kemudian
diadopsi oleh I Wayan Limbak dan Walter Spies menjadi sebuah seni pertunjukan
untuk umum untuk ditampilkan di berbagai negara di Eropa dengan nama Tari
Kecak.
Tari
Kecak dimainkan oleh sejumlah penari (umumnya pria), antara 50 sampai 150
orang, dengan durasi antara 45—60 menit. Tarian ini mengkomposisikan instrumen
vokal para penarinya (a cappella) dengan bunyi “cak, cak, cak...” sembari
mengangkat kedua lengan untuk mengiringi cerita epik Ramayana yang menjadi
cerita utama dalam tarian ini. Oleh karena paduan suara yang diucapkan para
penari dianggap mirip dengan suara monyet, maka turis mancanegara kerapkali
menyebut tarian ini sebagai “Mongkey Dance”.
Penggalan
epik Ramayana yang menjadi sumber cerita adalah kisah penculikan Dewi Sinta
(istri sang Rama) oleh Raja Rahwana dari negeri Alengka. Dalam tarian ini
digambarkan bagaimana Rama berjuang membebaskan kekasihnya, Dewi Sinta, yang
diculik dan dibawa kabur oleh Rahwana. Kisah ini bertambah seru karena
perjuangan sang Rama dibantu oleh Hanoman (si Kera Putih) dan Sugriwa. Selain
mementaskan cerita epik Ramayana, Tari Kecak juga menampilkan Tarian Sanghyang
Dedari dan Sanghyang Jaran sebagai penutup pertunjukan.
Keistimewaan
Keistimewaan
Berbeda dengan jenis seni pertunjukan Bali lainnya, Tari Kecak memiliki keunikan karena tidak mengandalkan istrumen alat musik untuk mengiringi tarian, melainkan paduan suara para penarinya. Irama bunyi “cak, cak, cak...” ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu paduan yang sangat harmonis, diselingi dengan beberapa aksen dan ucapan-ucapan lainnya. Para penari yang membunyikan suara “cak, cak, cak...” tersebut biasanya bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur yang melingkari pinggang mereka. Sementara tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, maupun Sugriwa memakai pakaian seperti umumnya pada pertunjukan ketoprak.
Dalam
tarian ini, ritme bebunyian yang diucapkan oleh para penari cukup menghadirkan
aura mistis bagi penonton. Apalagi setelah cerita Ramayana dalam tarian ini
selesai dipentaskan, pertunjukan disambung dengan tarian Sanghyang Dedari dan
Sanghyang Jaran yang para penarinya diyakini kemasukan roh halus, sehingga
kebal ketika menari di atas bara api.
Tarian
Sanghyang Dedari merupakan tarian untuk mengusir roh-roh jahat yang dipentaskan
oleh dua gadis yang masih perawan. Sementara Sanghyang Jaran adalah tarian yang
dibawakan oleh lelaki kesurupan yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku
seekor kuda dan menari di atas bara api. Karena ciri khas dari Tarian Sanghyang
Jaran ini, Tari Kecak juga dikenal dengan sebutan Tarian Kecak dan Api (Kecak
and Fire Dance). Pertunjukan terakhir ini semacam bonus yang dapat mengundang
decak kagum para penonton. Usai pertunjukan, penonton juga dipersilahkan untuk
mengambil gambar bersama para penari.
2.
UPACARA NGABEN ( PEMBAKARAN JENAZA ) ADAT BALI.
Ngaben adalah upacara penyucian atma (roh) fase pertama sbg
kewajiban suci umat Hindu Bali terhadap leluhurnya dengan melakukan prosesi
pembakaran jenazah. Seperti yg tulis di artikel ttg pitra yadnya, badan manusia
terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma. Badan kasar manusia dibentuk
dari 5 unsur yg disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat
cair), teja (zat panas) bayu (angin) dan akasa (ruang hampa). Kelima unsur ini
menyatu membentuk fisik manusia dan digerakan oleh atma (roh). Ketika manusia
meninggal yg mati adalah badan kasar saja, atma-nya tidak. Nah ngaben adalah
proses penyucian atma/roh saat meninggalkan badan kasar.
Ada
beberapa pendapat ttg asal kata ngaben. Ada yg mengatakan ngaben dari kata beya
yg artinya bekal, ada juga yg mengatakan dari kata ngabu (menjadi abu), dll.
Dalam
Hindu diyakini bahwa Dewa Brahma disamping sbg dewa pencipta juga adalah dewa
api. Jadi ngaben adalah proses penyucian roh dgn menggunakan sarana api
sehingga bisa kembali ke sang pencipta yaitu Brahma. Api yg digunakan adalah
api konkrit untuk membakar jenazah, dan api abstrak berupa mantra pendeta utk
mem-pralina yaitu membakar kekotoran yg melekat pada atma/roh.
Upacara
Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal
dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu
keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan
duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui rienkarnasi.
Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan besar,
hal ini sering dilakukan begitu lama setelah kematian.
Untuk
menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering
melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering
dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa
keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan
jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik.
Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak
tenang dan selalu ingin kebebasan.
Hari
baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan kalender yang ada.
Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat
inilah keluarga mempersiapkan "bade dan lembu" terbuat dari bambu,
kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga
bersangkutan.
Prosesi
ngaben dilakukan dgn berbagai proses upacara dan sarana upakara berupa sajen
dan kelengkapannya sbg simbol-simbol seperti halnya ritual lain yg sering
dilakukan umat Hindu Bali. Ngaben dilakukan untuk manusia yg meninggal dan
masih ada jenazahnya, juga manusia meninggal yg tidak ada jenazahnya spt orang
tewas terseret arus laut dan jenazah tdk diketemukan, kecelakaan pesawat yg
jenazahnya sudah hangus terbakar, atau spt saat kasus bom Bali 1 dimana beberapa
jenazah tidak bisa dikenali karena sudah terpotong-potong atau jadi abu akibat
ledakan.
Untuk
prosesi ngaben yg jenazahnya tidak ada dilakukan dengan membuat simbol dan
mengambil sekepal tanah dilokasi meninggalnya kemudian dibakar. Banyak tahap yg
dilakukan dalam ngaben. Dimulai dari memandikan jenazah, ngajum, pembakaran dan
nyekah. Setiap tahap ini memakai sarana banten (sesajen) yg berbeda-beda.
Ketika ada yg meninggal, keluarganya akan menghadap ke pendeta utk menanyakan
kapan ada hari baik utk melaksanakan ngaben. Biasanya akan diberikan waktu yg
tidak lebih dari 7 hari sejak hari meninggalnya.
Setelah
didapat hari H (pembakaran jenazah), maka pihak keluarga akan menyiapkan ritual
pertama yaitu nyiramin layon(memandikan jenazah). Jenazah akan dimandikan oleh
kalangan brahmana sbg kelompok yg karena status sosialnya mempunyai kewajiban
untuk itu. Selesai memandikan, jenazah akan dikenakan pakaian adat Bali
lengkap. Selanjutnya adalah prosesi ngajum, yaitu prosesi melepaskan roh dengan
membuat simbol2 menggunakan kain bergambar unsur2 penyucian roh.
Pada
hari H-nya, dilakukan prosesi ngaben di kuburan desa setempat. Jenazah akan
dibawa menggunakan wadah, yaitu tempat jenazah yg akan diusung ke kuburan.
Wadah biasanya berbentuk padma sbg simbol rumah Tuhan. Sampai dikuburan,
jenazah dipindahkan dari wadah tadi ke pemalungan, yaitu tempat membakar
jenazah yg terbuat dari batang pohon pisang ditumpuk berbentuk lembu.
Disini
kembali dilakukan upacara penyucian roh berupa pralina oleh pendeta atau orang
yg dianggap mampu untuk itu (biasanya dari clan brahmana). Pralinaadalah
pembakaran dgn api abstrak berupa mantra peleburan kekotoran atma yg melekat
ditubuh. Kemudian baru dilakukan pembakaran dgn menggunakan api kongkrit. Jaman
sekarang sudah tidak menggunakan kayu bakar lagi, tapi memakai api dari kompor
minyak tanah yg menggunakan angin.
Umumnya
proses pembakaran dari jenazah yg utuh menjadi abu memerlukan waktu 1 jam. Abu
ini kemudian dikumpulkan dalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi
sekah. Sekah ini yg dilarung ke laut, karena laut adalah simbol dari alam
semesta dan sekaligus pintu menuju ke rumah Tuhan. Demikian secara singkat
rangkaian prosesi ngaben di Bali. Ada catatan lain yaitu utk bayi yg berumur
dibawah 42 hari dan atau belum tanggal gigi, jenazahnya harus dikubur.
Ngabennya dilakukan mengikuti ngaben yg akan ada jika ada keluarganya meninggal.
Status
kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma
dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. Secara umum, orang Bali merasakan bahwa roh
yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di dalam lingkaran keluarga yang ada
hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati bagi orang Bali adalah karena
hubungannya dengan leluhurnya.
Setiap
orang tahu bahwa di satu saat nanti dia akan menjadi leluhur juga, yang di
dalam perjalannya di dunia lain harus dipercepat dan mendapatkan perhatian cukup
bila sewaktu-waktu nanti kembali menjelma ke Pulau yang dicintainya, Pulau
Bali.
- KEBUDAYAAN BANTEN
Atraksi
Debus Banten
Atraksi
yang sangat berbahaya yang biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon
kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela
diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten
sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental
gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini
banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap
serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Kesenian
ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan
berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi
sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat
pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk
membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang
dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang,
belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak
pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain
adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus.
Karapan
Sapi Masyarakat Madura
Karapan sapi yang merupakan perlombaan
pacuan sapi yang berasal dari Madura Jawa Timur, Dalam even karapan sapi para
penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan ketangkasan para jokinya,
tetapi sebelum memulai para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi
disekelilingi pacuan disertai alat musik seronen perpaduan alat music khas
Madura sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah.
Panjang rute lintasan karapan sapi tersebut
antara 180 sampai dengan 200 meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18
detik. Tentu sangat cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki
terkadang bamboo yang digunakan untuk menginjak sang joki melayang diudara
karena cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut. Untuk memperoleh dan menambah
kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal ekor sapi dipasangi sabuk yang
terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan cambuknya yang juga
diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja luka ini akan membuat sapi
berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka disekitar pantat sapi.
Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya
berjarak 1 sd 2 detik saja. Karapan Sapi dimadura merupakan pagelaran yang
sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga
terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di
Indonesia, dan tidak hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang
menyaksikan karapan sapi ini.
Kebudayaan
barat
macam-macam
nilai kebudayaan barat cenderung berbalik dengan kebudayaan timur. Kebudayaan
barat menekankan dunia objektif dibandingkan perasaan sehingga pola
pemikirannya menghasilkan sains dan teknologi. Sehingga dapat dikategorikan
sebagai berikut :
NILAI
BUDAYA BARAT DAN MARTABAT MANUSIA
Budaya
barat menganggap manusia adalah ukuran untuk segalanya. Maksudnya, manusia
mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya sendiri berdasarkan akal,
intelektual dan pengalaman. Di barat kepuasan diperoleh melalui usaha-usaha
atau perhatian terhadap benda, kenikmatan, dan keselarasan di dunia.
Usaha-usaha itu dengan sendirinya dapat menimbulkan kondisi kehidupan yang
penuh dengan persaingan bahkan dapat menimbulkan kekacauan.
NILAI
BUDAYA BARAT DAN KEBEBASAN
Semua
budaya timur menganggap budaya barat penuh dengan kebebasan. Segala sesuatunya
mungkin terjadi. Spontanitas lebih dihargai dan individu bebas dari tekanan dan
campur tangan orang lain. Akhirnya, kebebasan itu diwujudkan kedalam berbagai
bidang kehidupan sosial, politik, macam-macam kebudayaan, dan ekonomi. Namun
kebebasan ini ternyata menyebabkan orang lain tidak bebas lagi. Sebagai akibat
dari kebebasan itu pulalah nilai-nilai umum dan nilai kebersamaan semakin
pudar.
NILAI
BUDAYA BARAT DAN TEKNOLOGI
Harus
diakui kemajuan teknologi budaya barat sangat berkembang pesat dari pada budaya
timur. Hasil teknologi barat melebihi kebutuhan manusia bahkan mengganggu
kepentingan manusia karena terlalu cepat sampai kedepan. Teknologi yang mereka
ciptakan adalah salah satu macam-macam teknologi yang ada di budaya barat.
Sumber : http://rickykusnandar.blogspot.com/2012/03/macam-macam-kebudayaan-asing-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar